Komponen Keberhasilan Pendidikan Inklusif

Komponen Keberhasilan Pendidikan Inklusif

Menurut Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 dalam Ilahi (2013: 42), “pendidikan inklusif adalah sistem penyelengaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.”



Selanjutnya, pendidikan inklusif memiliki empat karakteristik makna, antara lain: (1) proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-cara merespons keragaman individu; (2) mempedulikan cara-cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan anak dalam belajar; (3) anak kecil yang hadir (di sekolah), berpartisipasi dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya; (4) diperuntukkan utamanya bagi anak-anak yang tergolong marginal, ekslusif, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar (Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2004). Senada dengan pernyataan diatas, pendidikan inklusif ramah anak mempunyai arti bahwa pendidikan/sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa mempedulikan keadaan fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, atau kondisi-kondisi lain, termasuk anak-anak penyandang cacat anakanak berbakat (gifted children), pekerja anak dan anak jalanan, anak di daerah terpencil, anak-anak dari kelompok etnik dan bahasa minoritas dan anak-anak yang tidak beruntung dan terpinggirkan dari kelompok masyarakat (Salamanca, 1994, dalam Kustawan dan Hermawan, 2013).

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusif adalah sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan untuk memberikan kesempatan kepada semua anak tanpa mempedulikan keadaan fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, atau kondisi-kondisi lain, termasuk anak-anak penyandang cacat, anak-anak berbakat (gifted children), pekerja anak dan anak jalanan, anak di daerah terpencil, anakanak dari kelompok etnik dan bahasa minoritas dan anak-anak yang tidak beruntung dan terpinggirkan dari kelompok masyarakat. Namun, dalam pembahasan ini, pendidikan inklusif yang berfokus pada anak berkebutuhan khusus.



Komponen Keberhasilan Pendidikan Umum

  1. Komponen pendidik
    Syarat utama pendidik adalah mampu sebagai sosok tauladan. Konsep pendidik yang sekaligus pemimpin seperti yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara di atas, yakni ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang semaksimal mungkin harus dipenuhi komponen pendidik. Jika konsep ini dipenuhi, maka dalam diri pendidik tersebut akan memancarkan “aura” yang menyebabkan wibawa pada dirinya. Di samping itu pendidik sebagai sosok yang digugu lan ditiru (diikuti dan ditiru) akan menjadi bukti kebenarannya. Tidak kalah pentingnya dalam usaha memperoleh keberhasilan ini adalah sikap pendidik yang ikhlas.
  2. Komponen Peserta Didik
    Manusian sebagai peserta didik adalah salah satu komponen penentu keberhasilan pendidikan. Jika manusia sebagai peserta didik itu pasif, apatis, dan masa bodoh, maka mustahil pendidikan akan memperoleh keberhasilan. Oleh karena itu, peserta didik dituntut berperan aktif di dalam proses pendidikan. Peran aktif ini diwujudkan dalam sikap taat pada pendidik, yaitu taat pada perintah maupun larangan pendidik. Taat pada pendidikan ini dilakukan ada maupun tidak ada pendidik. Ada atau tidak adanya orang tua maupun guru, ia akan tetap taat.
  3. Komponen Pelaksanaan
    Di dalam pelaksanaan pendidikan, manusia baik pendidik maupun peserta didik harus dalam kondisi yang “bebas-demokratis”. Dalam suasana gembira dan saling memahami. Pendidik didasari dengan niat yang tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada peserta didik. Demikian pula peserta didik juga selalu dalam niat yang ikhlas untuk mencari dan menerima ilmu. Jika keduanya telah terjalin dalam hubungan yang harmonis sama-sama ikhlas dan sama-sama dalam kondisi “bener tur pener” (benar dalam kebenaran) maka ilmu yang didapat akan menjadi ilmu yang bermanfaat. Indikator keberhasilan proses pendidikan ini adalah adanya perubahan nilai secara positif, dari tidak tahu menjadi tahu, dari “tidak” menjadi “ya”, dari “buta” menjadi “melek” dari “faham” menjadi “mahir” dan seterusnya.



Komponen Keberhasilan Pendidikan Inklusif

  1. Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan. Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulu dan menerapkan pembelajaran yang bersifat individual. Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.
  2. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi dan sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
  3. Guru dituntut melibatkan orangtua secara bermakna dalam proses pendidikan.
  4. Kepala sekolah dan guru yang nantinya akan menjadi guru pembimbing khusus (GPK) harus mendapatkan pelatihan bagaimana menjalankan sekolah inklusi.
  5. Guru pembimbing khusus mendapatkan pelatihan teknis dalam memfasilitasi anak berkebutuhan khusus.
  6. Asesmen di sekolah dilakukan untuk mengetahui anak berkebutuhan khusus dan tindakan yang diperlukan.
  7. Mengadakan bimbingan khusus atau kesepahaman dan kesepakatan dengan orangtua anak berkebutuhan khusus.
  8. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya dalam mengakses fasilitas pembelajaran i. Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010: 14).

 

 

 

Pembahasan terkait lainnya : 

 

 

 




 

How useful was this post?

Click on a star to rate it!

Average rating / 5. Vote count:

No votes so far! Be the first to rate this post.

As you found this post useful...

Follow us on social media!

Originally posted 2022-03-26 15:01:31.

Pendidikan