Pengukuran Kinerja Supply Chain dengan Balanced Scorecard (BSC)
Pengukuran kinerja supply chain adalah mengenai peletakkan metrik-metrik yang tepat pada tempatnya untuk menilai kondisi supply chain perusahaan. Manajemen kinerja menggunakan metrik-metrik tersebut untuk mendukung tujuan strategis perusahaan. Pengukuran kinerja supply chain pada penelitian ini dilakukan dengan basis metode Balanced Scorecard. Konsep dasar Balanced Scorecard yaitu menerjemahkan sebuah visi, misi, dan strategi dari perusahaan ke dalam penentuan tujuan dan ukuran scorecard (Kaplan, 2000). Balanced Scorecard mengukur kinerja dari empat perspektif, yaitu: perspektif finansial, perspektif customer, perspektif internal business process dan perspektif learning and growth. Balanced Scorecard digunakan untuk menyeimbangkan penilaian kinerja pada sisi keuangan dan non keuangan.
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasokan, mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai, dan menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing.
Menurut Ruky (2001) pengukuran kinerja adalah membandingkan antara hasil yang sebenarnya diperoleh dengan yang direncanakan, dengan kata lain sasaran-sasaran yang telah ditargetkan harus diteliti sejauh mana pencapaian yang telah dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
Pengukuran kinerja dan metrik memiliki peran penting untuk menetapkan tujuan, mengevaluasi kinerja dan menentukan tindakan untuk program yang akan datang (Gunasekaran, 2004). Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, perlu adanya penerapan strategi manajemen rantai pasok. Information sharing, long term relationship, cooperation dan process integration merupakan bagian dari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajemen rantai pasok. Perusahaan perlu memperhatikan information sharing sebagai dasar dalam pelaksanaan manajemen rantai pasok, kemudian long term relationship yang dapat memberikan keunggulan kompetitif pada perusahaan, cooperation yang merupakan alternatif terbaik dalam manajemen rantai pasok yang optimal dan process integration sebagai penggabungan semua aktivitas yang ada disepanjang manajemen rantai pasok, sehingga bila diterapkan, dapat meningkatkankan produktivitas dan profit perusahaan (Aryani, 2013). Pengukuran kinerja dengan menggunakan SCOR mampu mengukur perusahaan dari hulu hingga hilir. Hal inilah yang membuat SCOR lebih unggul dibandingkan dengan metode-metode lainnya yang cenderung mengukur internal perusahaan saja.
Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan
- Fase Pertama
Tingkat pertama pada hirarki proses model SCOR, merupakan tingkat tertinggi. - Fase Kedua
Pada fase kedua dilakukan pengukuran kinerja aktual rantai pasokan dengan menggunakan SCORcards pada masing-masing perspektif. Pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan internal benchmarking berdasarkan target perusahaan. - Fase Ketiga
Langkah terakhir yaitu fase ketiga, penilaian kinerja perusahaan yang berhubungan dengan rantai pasokan.
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok
Pengukuran kinerja rantai pasok dengan metode scor. Berikut ini kriteria-kriteria kinerja yang ada dalam model Green SCOR :
- Kehandalan (Reliability)
Presentase pengiriman gula dengan lengkap dan dokumentasi yang akurat, tidak ada kerusakan ke tempat distributor dengan waktu dan kwalitas yang tepat sesuai pesanan. Serta peningkatan jaringan kerja untuk mereduksi limbah dan efisiensi operasi. - Daya tangkap (Responsiveness)
Respon untuk menyiapkan gula yang siap dikirim kepada distributor. Dengan rata-rata waktu siklus selalu konsisten untuk memenuhi permintaan pelanggan yang dimulai dari penerimaan order sesuai dengan urutan. Serta memperhatikan dampak yang mempengarui kecepatan pengiriman dan regulasi. - Mudah menyesuaikan (Aglity)
Kemampuan pabrik gula dalam merespon perubahan produk, perubahan pasar dan perubahan lingkungan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. - Biaya (Cost)
Semua biaya langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan seluruh operasi rantai pasokan secara green. Biaya yang terkait dengan membeli bahan baku dan memproduksi barang jadi yang mengacu pada (eco desing) desain ramah lingkungan. Biaya ini meliputi biaya langsung (tenaga kerja dan bahan) serta biaya tidak langsung untuk mendapatkan (long-term profitability) keuntungan jangka panjang. - Managemen Aset (Asset Management)
Merupakan keefektifan pabrik gula dalam mengatur asetnya untuk memenuhi permintaan secara green (Ekonomis dan efesien sumber daya). Baik berupa permodalan antara lain lahan tebu dan alat giling. - Ramah Lingkungan (Green)
Dimensi pengukuran kinerja ditambahkan dengan aspek lingkungan dan faktor efektif dikarenakan menggunakan pendekatan SCOR yang berbasis “green” (Green SCOR).
Baca juga Supply Chain Operations Reference
Originally posted 2021-11-19 21:49:24.